Mengapa riba harus dijauhi?
Ketika kita berbicara mengenai riba, kita harus memahami bahwa riba adalah suatu bentuk transaksi yang diharamkan dalam Islam. Riba sering diartikan sebagai bunga dalam konteks keuangan modern, tetapi sebenarnya riba mencakup segala bentuk transaksi yang melibatkan tambahan dalam bentuk apapun.
Dalam Islam, riba dianggap sebagai suatu dosa besar. Hal ini dapat dilihat dari larangan riba yang termaktub dalam Al-Quran dan Hadits. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, riba melibatkan tambahan dalam berbagai bentuk, seperti tambahan uang, barang, atau jasa. Selain itu, riba juga melibatkan adanya pengambilan keuntungan dari orang lain secara tidak adil.
Dalam hal ini, seorang Murabi (rentenir/pelaku riba) dianggap sebagai pelaku dosa karena memiliki sifat tamak dan kikir terhadap harta bahkan sampai pada tahap sebagai pemuja harta. Murabi lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kepentingan orang lain. Oleh karena itu, riba harus dijauhi karena dapat merugikan banyak pihak.
Keuntungan Finansial yang Melampaui Batas
Salah satu alasan mengapa riba harus dihindari adalah karena dapat menyebabkan keuntungan finansial yang melampaui batas. Seorang Murabi akan menetapkan suku bunga yang lebih tinggi daripada yang seharusnya. Hal ini dapat berdampak buruk pada pihak yang meminjam uang, terutama jika mereka tidak mampu membayar kembali uang yang dipinjam secara cepat.
Dalam keadaan seperti ini, seorang Murabi dapat memperoleh keuntungan finansial yang tidak adil dan merugikan orang yang meminjam uang. Selain itu, keuntungan tambahan yang diperoleh dari riba juga dapat berdampak buruk pada perekonomian secara keseluruhan.
Perilaku Tamak yang Tidak Islami
Hal lain yang harus dipertimbangkan ketika membahas riba adalah perilaku tamak yang tidak Islami. Seorang Murabi lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kebaikan umum. Mereka dapat memaksakan besarnya bunga yang harus dibayar oleh peminjam uang dan tidak memedulikan keadaan yang sedang dihadapi oleh peminjam uang.
Perilaku tamak yang tidak Islami ini bertentangan dengan nilai-nilai yang diterapkan dalam Islam. Dalam Islam, kebaikan umum harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi. Dengan menolak riba, kita dapat memperkuat nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari dan membantu membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Amanah dalam Bisnis dan Keuangan
Membangun bisnis dan keuangan yang dipenuhi dengan nilai-nilai Islami adalah suatu kewajiban bagi umat Muslim. Salah satu nilai Islam yang harus diterapkan dalam bisnis dan keuangan adalah amanah. Amanah berarti kepercayaan dan kejujuran dalam melakukan bisnis dan keuangan.
Riba bertentangan dengan nilai amanah karena melibatkan pengambilan keuntungan yang tidak adil dari orang lain. Oleh karena itu, dengan menolak riba, kita dapat membangun bisnis dan keuangan yang berbasis pada kepercayaan, kejujuran, dan integritas.
Membangun Masyarakat yang Adil dan Berkeadilan
Kita semua ingin hidup dalam masyarakat yang adil dan berkeadilan. Nilai-nilai Islam, seperti amanah dan kejujuran, dapat membantu membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan. Namun, hal ini dapat dihambat oleh praktik riba yang melibatkan pengambilan keuntungan yang tidak adil dari orang lain.
Dalam Islam, kita dianjurkan untuk membantu orang yang membutuhkan dan memberikan keadilan kepada semua. Dengan menolak riba, kita dapat membantu membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan, di mana orang-orang dapat bantuan finansial tanpa dikenai beban tambahan yang tidak adil.
Kesimpulannya, riba harus dijauhi karena dapat merugikan banyak pihak. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, riba dapat menyebabkan keuntungan finansial yang melampaui batas, perilaku tamak yang tidak Islami, dan bahkan membahayakan pembangunan masyarakat yang adil dan berkeadilan. Menolak riba bukan hanya sebuah tindakan yang Islami, tetapi juga suatu tindakan yang dapat memperkuat nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.