Hukum Hutang Piutang Dalam Islam: Mubah atau Boleh dan Mengandung Janji Pahala

Huda Nuri

Hukum Hutang Piutang Dalam Islam: Mubah atau Boleh dan Mengandung Janji Pahala
Hukum Hutang Piutang Dalam Islam: Mubah atau Boleh dan Mengandung Janji Pahala

Apakah Boleh Memberi Hutang?

Hukum Hutang Piutang dalam Islam

Hukum hutang piutang dalam Islam adalah mubah atau boleh. Islam bahkan menganjurkan umatnya untuk memberi utang kepada orang yang membutuhkan. Memberikan utang masuk dalam akad sosial yang dianjurkan oleh Islam dan mendapatkan janji pahala.

Namun, Islam juga mengatur dan menekankan pentingnya melaksanakan hutang piutang dengan baik dan benar. Hal ini tertuang dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

“Barang siapa meminjamkan sesuatu kepada seorang yang mempunyai keterampilan untuk mengembalikan, maka ia telah menolong dirinya sendiri dan orang tersebut.”

Namun, dalam menjalankan hutang piutang, harus dihindari hal-hal yang mengandung unsur haram, salah satunya adalah riba.

Peran Hutang dalam Kehidupan Orang Indonesia

Setiap orang membutuhkan uang untuk berbagai macam keperluan. Tak jarang, orang tertekan dan terpaksa mengajukan pinjaman uang kepada pihak lain. Kehidupan modern pun sering tidak dapat berjalan tanpa adanya hutang piutang.

Hutang piutang bukan hanya menjadi bagian dari transaksi bisnis atau pinjaman untuk membeli barang-barang, tetapi juga dalam berbagai keperluan hidup seperti pernikahan, pendidikan, perawatan kesehatan, kebutuhan pokok, hingga membeli kendaraan.

Namun, bukan berarti dengan mudahnya mengambil utang tanpa memikirkan kembali kemampuan untuk membayarnya. Dalam Islam, menjalankan akad utang piutang secara wajar, benar, dan bertanggung jawab merupakan hal yang dibenarkan.

Pentingnya Melakukan Kalkulasi Hutang Piutang

Dalam menjalankan hutang piutang, perlu dilakukan kalkulasi dan penghitungan yang tepat. Kalkulasi ini, akrab kita kenal dengan istilah Kredit Scoring. Tujuannya untuk meminimalisir risiko gagal bayar yang berakibat pada kredit macet.

BACA JUGA:   Donatur untuk Bayar Hutang

Menghitung kelayakan calon peminjam diukur dengan beberapa kriteria yang meliputi usia, penghasilan, lama kerja, status pernikahan, serta jumlah tanggungan. Dalam kalkulasi, diperhatikan pula kemampuan peminjam dalam mengembalikan hutang secara tepat waktu.

Memberikan Bantuan dalam Bentuk yang Tepat

Ada banyak cara untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan uang. Namun, Anda harus memastikan bahwa bentuk bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pihak yang meminjam.

Sebagai contoh, jika pihak yang meminjam membutuhkan uang untuk membayar tagihan listrik, membantu membayarkan langsung tagihan listrik-nya adalah bentuk bantuan yang sesuai. Hal ini akan lebih bermanfaat dan membantu orang tersebut daripada memberikan uang tunai langsung dalam jumlah banyak.

Bentuk bantuan lainnya juga dapat berupa membantu mencarikan pekerjaan kepada pihak yang meminjam, memberikan bimbingan dan motivasi dalam mengelola keuangan, serta membantu mencarikan solusi alternatif lainnya.

Kesimpulan

Islam membolehkan hutang piutang selama dijalankan dengan benar dan tidak mengandung unsur riba. Penting bagi kita untuk memahami dan melaksanakan hutang piutang dengan wajar, benar, dan bertanggung jawab.

Dalam menjalankan hutang piutang, kita juga harus memperhatikan kalkulasi dan penghitungan yang tepat serta memberikan bantuan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pihak yang meminjam. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca dalam memahami hukum hutang piutang dalam Islam serta pentingnya menjalankannya dengan baik.

Also Read

Bagikan:

Tags