Mengapa Bank Konvensional Sering Dianggap Sebagai Praktik Riba? Sebuah Tinjauan Mendalam

Huda Nuri

Mengapa Bank Konvensional Sering Dianggap Sebagai Praktik Riba? Sebuah Tinjauan Mendalam
Mengapa Bank Konvensional Sering Dianggap Sebagai Praktik Riba? Sebuah Tinjauan Mendalam

Bank konvensional, pilar utama sistem keuangan global, seringkali dikritik karena menerapkan sistem yang dianggap sebagai riba oleh sebagian kalangan, khususnya mereka yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariat Islam. Persepsi ini, meskipun kontroversial, berakar pada perbedaan fundamental antara prinsip-prinsip ekonomi konvensional dan prinsip-prinsip etika keagamaan, khususnya dalam hal bunga (interest). Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai aspek yang menyebabkan bank konvensional seringkali dilabel sebagai praktik riba, dengan mempertimbangkan sudut pandang ekonomi, hukum, dan agama.

1. Bunga sebagai Mekanisme Inti Operasi Bank Konvensional

Sistem perbankan konvensional bergantung pada bunga sebagai mekanisme utamanya. Bunga merupakan imbalan yang diterima oleh bank atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah. Bank memperoleh keuntungan dari selisih antara suku bunga yang dibebankan kepada peminjam dan suku bunga yang dibayarkan kepada deposan. Model bisnis ini, yang dikenal sebagai intermediasi keuangan, berputar di sekitar penerimaan dan pembayaran bunga. Inilah inti permasalahan bagi mereka yang menganggap praktik ini sebagai riba. Sistem ini memungkinkan bank untuk menciptakan uang secara de novo, artinya uang diciptakan melalui proses pemberian pinjaman dan bukan hanya berdasarkan cadangan uang yang sudah ada.

BACA JUGA:   Apakah Bank Syariah Benar-Benar Bebas Riba? Sebuah Tinjauan Mendalam

Also Read

Bagikan: