Menggali Makna Hutang Janji: Hisab di Akhirat dan Tanggung Jawab Manusia

Huda Nuri

Menggali Makna Hutang Janji: Hisab di Akhirat dan Tanggung Jawab Manusia
Menggali Makna Hutang Janji: Hisab di Akhirat dan Tanggung Jawab Manusia

Apakah benar janji adalah hutang?

Pendahuluan

Janji merupakan suatu pernyataan yang diucapkan oleh seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal di waktu yang akan datang. Janji bisa diucapkan kepada Allah, Rasulullah, manusia, bahkan pada diri sendiri. Namun, apakah benar bahwa janji itu adalah hutang? Dan jika iya, apa yang menjadi implikasi dari hutang tersebut?

Janji sebagai Hutang kepada Allah

Janji kepada Allah merupakan janji yang paling penting. Dalam Al-Quran, Allah SWT melarang umatnya untuk membatalkan janji yang telah diucapkan, kecuali jika ada alasan yang kuat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 177:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi benar-benar kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (berjuanglah) untuk memerdekakan hamba-hamba (Allah) yang tertindas. (Kebajikan) adalah mengerjakan shalat, memberi zakat, dan mereka yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan sabar dalam kesempitan dan penderitaan serta dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (keimanan dan ketaqwaannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Kita harus menghargai janji yang telah diucapkan kepada Allah sebagai tindakan yang mulia, karena kita akan bertanggung jawab atas pelaksanaannya di akhirat nanti. Janji kepada Allah merupakan hutang yang wajib dilunasi, dan tergantung pada keikhlasan dan kesungguhan hati dalam melaksanakannya.

BACA JUGA:   Berhutang demi Gaya Hidup

Janji sebagai Hutang kepada Rasulullah

Selain janji kepada Allah, janji kepada Rasulullah juga memiliki bobot yang signifikan. Rasulullah merupakan panutan umat Islam, dan janji yang diucapkan kepada beliau harus dilaksanakan. Ketika Rasulullah masih hidup, banyak sahabat Nabi yang berjanji untuk terus mengikuti ajaran-ajarannya. Kini, kita yang berada di zaman modern juga memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan janji tersebut.

Selain itu, kita juga harus menjaga amanah yang ditinggalkan oleh Rasulullah sebagai tindakan untuk memperkuat janji kita. Mengikuti ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW membuat kita lebih memerhatikan kehidupan yang penuh dengan kesabaran dan pengorbanan. Dalam hal ini, janji kepada Rasulullah juga merupakan hutang yang harus dilunasi dengan cara mengikuti jejak beliau dan menjalankannya dengan penuh kesungguhan.

Janji sebagai Hutang kepada Manusia

Janji kepada manusia juga memiliki arti penting. Janji tersebut bisa diucapkan oleh sesama manusia dalam berbagai situasi, baik itu janji bisnis, janji perkawinan, janji politik, dan sebagainya. Janji kepada manusia harus dipenuhi dengan penuh kesungguhan, karena dengan tidak memenuhi janji tersebut bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak baik, bahkan sampai dibawa ke jalur hukum.

Oleh karena itu, baik itu janji besar atau kecil, kita harus selalu menjaga kepercayaan yang diberikan oleh orang lain terhadap kita. Janji yang diucapkan kepada manusia merupakan hutang dan prinsip yang menjadi tolak ukur untuk diri kita sendiri. MEMENUHI janji yang telah diucapkan menjadi tugas dan tanggung jawab kita agar tercipta kepercayaan dan rasa saling menghormati antara satu sama lain.

Janji pada Diri Sendiri sebagai Hutang

Janji pada diri sendiri juga memiliki arti penting. Orang yang memiliki tekad kuat untuk mencapai suatu cita-cita akan seringkali menjanjikan hal-hal pada dirinya sendiri sebagai pencapaian dari cita-citanya. Janji pada diri sendiri juga merupakan prinsip yang harus kita pertahankan sebagai pepatah dalam hidup.

BACA JUGA:   Pelaku Penggelapan atau Penipuan atas Hutang Piutang Berisiko Mendapat Hukuman Penjara 4 Tahun

Kita mungkin pernah merasa malas atau tidak memiliki motivasi untuk melaksanakan kegiatan atau pencapaian yang kita impikan. Dalam hal ini, janji pada diri sendiri sangat membantu untuk meneguhkan tekad dan memotivasi diri kita untuk terus berusaha. Namun, jika kita gagal memenuhi janji tersebut akan menimbulkan rasa kecewa dan kurangnya kepercayaan diri terhadap diri sendiri.

Kesimpulan

Janji adalah hutang yang harus dipenuhi dengan penuh kesungguhan. Tanpa kesungguhan tersebut, janji yang telah diucapkan akan menjadi sia-sia dan berimplikasi pada hilangnya kepercayaan dari orang lain. Janji kepada Allah, pada Rasulullah, manusia, dan pada diri sendiri haruslah dijunjung tinggi dan diindahkan.

Dalam kehidupan, orang yang mampu memenuhi janjinya akan terlihat lebih dipercaya dan dihormati oleh orang lain.

(Hutang janji perlu dihormati sebagai bentuk kesungguhan dalam melakukan janji yang diucapkan. Ingat! Dalam Islam, kata-kata kita mengandung bobot amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan pernah abai dalam merutinkan kewajiban demi kepercayaan orang lain.)

Also Read

Bagikan:

Tags