Riba, dalam ajaran Islam, merupakan praktik pengambilan bunga atau tambahan pembayaran di luar jumlah pokok pinjaman. Lebih dari sekadar transaksi ekonomi, riba digambarkan sebagai sesuatu yang sangat tercela, bahkan diumpamakan sebagai penyakit yang menghancurkan dan merusak kehidupan penganutnya. Perumpamaan ini bukan sekadar kiasan, melainkan gambaran yang tepat mengenai dampak riba yang menghancurkan secara ekonomi, sosial, bahkan spiritual. Artikel ini akan membahas berbagai aspek riba, mengkaji dampaknya yang menghancurkan dan membandingkannya dengan perilaku orang gila yang tak terkendali.
Riba: Sebuah Penyakit yang Menular dan Mematikan
Dalam Al-Quran dan Hadits, riba dihukumi haram secara tegas. Ayat-ayat Al-Quran secara gamblang menyebutkan ancaman bagi mereka yang terlibat dalam praktik riba, menggambarkannya sebagai perang melawan Allah dan Rasul-Nya (QS. Al-Baqarah: 275). Ancaman ini bukan sekadar peringatan, melainkan gambaran betapa seriusnya larangan riba dalam pandangan Islam. Riba bukan hanya merugikan secara materi, namun juga merusak moral dan spiritualitas. Ia menumbuhkan sifat tamak, serakah, dan ketidakpedulian terhadap sesama. Seperti orang gila yang kehilangan kendali atas dirinya, orang yang terjerat riba seringkali kehilangan kendali atas keuangannya, terlilit hutang yang terus membengkak, dan akhirnya merusak kehidupan keluarganya.
Perilaku orang yang terjerat riba bisa diibaratkan dengan penyakit menular. Awalnya mungkin hanya terlihat kecil dan tidak signifikan, tetapi lama kelamaan akan menyebar dan merusak seluruh sistem keuangan seseorang. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang cepat dan mudah tanpa bekerja keras, menjadi daya tarik utama yang membuat seseorang terjerat dalam lingkaran setan riba. Begitu terjerat, sulit untuk melepaskan diri, layaknya orang gila yang sulit dikendalikan. Keinginan untuk menutupi hutang dengan hutang baru, membuat masalah semakin membesar dan sulit diselesaikan. Siklus ini akan berlanjut tanpa henti, menghancurkan kehidupan ekonomi dan spiritual individu yang terlibat.
Dampak Riba: Kehancuran Ekonomi dan Sosial yang Mengerikan
Dampak riba terhadap perekonomian individu dan masyarakat sangatlah besar. Secara individu, riba dapat menyebabkan seseorang terjerat dalam lingkaran hutang yang tak berujung. Keuntungan yang didapat dari riba pada awalnya mungkin terlihat menggiurkan, namun pada akhirnya akan berbalik menjadi beban yang sangat berat. Orang tersebut akan terus berputar dalam siklus hutang dan bunga, dan semakin terpuruk secara ekonomi. Hal ini bisa berdampak pada kehidupan keluarganya, menimbulkan konflik rumah tangga, bahkan berujung pada perceraian.
Pada tingkat masyarakat, riba dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Ia dapat memperkaya segelintir orang kaya dan semakin memperburuk kemiskinan bagi sebagian besar masyarakat. Sistem ekonomi yang berbasis riba akan cenderung menciptakan kesenjangan sosial yang tajam, memicu ketidakadilan, dan merusak tatanan sosial. Riba juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan, karena ia tidak didasarkan pada usaha dan kerja keras yang produktif, melainkan pada eksploitasi dan penindasan. Seperti orang gila yang merusak segalanya di sekitarnya, riba merusak tatanan ekonomi dan sosial masyarakat.
Perbandingan Riba dengan Perilaku Orang Gila
Perbandingan riba dengan perilaku orang gila bukanlah sekadar analogi yang berlebihan. Orang gila kehilangan kendali atas pikiran dan tindakannya, seringkali melakukan hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain. Begitu pula dengan orang yang terjerat riba, ia kehilangan kendali atas keuangannya, terjebak dalam siklus hutang yang merusak, dan seringkali melakukan hal-hal yang tidak rasional demi menutupi hutangnya.
Orang gila seringkali sulit untuk disembuhkan, memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif. Begitu pula dengan orang yang terjerat riba, ia memerlukan bimbingan dan pertolongan untuk keluar dari jeratannya. Prosesnya tidak mudah, membutuhkan kesadaran diri, kemauan yang kuat, dan bantuan dari pihak lain. Namun, dengan pertolongan Allah SWT dan usaha yang sungguh-sungguh, seseorang dapat terbebas dari jeratan riba dan memulai kehidupan baru yang lebih baik.
Alternatif Syariah: Jalan Menuju Ekonomi yang Berkelanjutan
Islam menawarkan alternatif sistem ekonomi yang bebas dari riba, yaitu sistem ekonomi syariah. Sistem ini didasarkan pada prinsip keadilan, keseimbangan, dan kemaslahatan umat. Dalam sistem ekonomi syariah, transaksi keuangan dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (profit sharing), mudharabah, musyarakah, dan lainnya. Sistem ini mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan, tanpa eksploitasi dan penindasan.
Mencegah Riba: Kewajiban Individu dan Pemerintah
Mencegah praktik riba merupakan tanggung jawab bersama, baik individu maupun pemerintah. Individu harus memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik tentang hukum riba dan dampak negatifnya. Mereka perlu menghindari segala bentuk transaksi yang mengandung unsur riba dan memilih alternatif syariah sebagai solusi.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mencegah dan memberantas praktik riba. Pemerintah perlu membuat regulasi yang tegas dan efektif untuk melarang praktik riba dan melindungi masyarakat dari eksploitasi keuangan. Pemerintah juga perlu mendorong dan memfasilitasi pengembangan sistem ekonomi syariah, sehingga masyarakat memiliki alternatif yang lebih baik dalam mengelola keuangannya.
Hikmah di Balik Larangan Riba: Kehidupan yang Berkah dan Bermartabat
Larangan riba dalam Islam bukan sekadar aturan hukum yang kaku, tetapi merupakan rahmat dan kasih sayang Allah SWT bagi umatnya. Dengan menghindari riba, seseorang akan terhindar dari berbagai macam masalah ekonomi dan sosial, serta dapat membangun kehidupan yang lebih berkah dan bermartabat. Ia akan terdorong untuk bekerja keras, berinovasi, dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Kehidupan yang bebas dari riba akan lebih tenang, damai, dan sejahtera, jauh dari kekacauan dan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit mematikan ini. Riba, seperti orang gila yang tak terkendali, hanya akan membawa malapetaka dan kehancuran. Oleh karena itu, mari kita jauhi riba dan memilih jalan yang diridhoi Allah SWT.