Riba: Praktik Usaha yang Dapat Menghancurkan Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Huda Nuri

Riba: Praktik Usaha yang Dapat Menghancurkan Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Riba: Praktik Usaha yang Dapat Menghancurkan Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Riba, dalam terminologi Islam, merujuk pada bunga atau tambahan pembayaran yang dibebankan atas pinjaman uang atau barang. Praktik ini telah dikutuk keras dalam ajaran Islam dan dianggap sebagai tindakan yang merusak tatanan ekonomi dan sosial. Pandangan ini bukan sekadar dogma agama, melainkan didukung oleh berbagai analisis ekonomi dan sosial yang menunjukkan dampak negatif riba dalam jangka panjang. Artikel ini akan membahas secara detail bagaimana riba dapat menghancurkan, baik dari perspektif agama, ekonomi, maupun sosial.

Dampak Riba terhadap Kesejahteraan Individu

Riba secara langsung berdampak negatif pada kesejahteraan individu. Bagi peminjam, riba menambah beban keuangan yang signifikan. Seiring waktu, bunga berbunga dapat menciptakan lingkaran setan hutang yang sulit diatasi. Banyak individu terjebak dalam siklus hutang yang tak berujung, di mana pembayaran bunga menggerogoti pendapatan mereka dan mencegah mereka untuk mencapai kemandirian finansial. Kehidupan mereka menjadi terbebani oleh tekanan finansial, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan kesejahteraan keluarga. Studi menunjukkan korelasi antara tingginya tingkat hutang berbunga dengan peningkatan angka depresi dan stress. Lebih jauh lagi, ketergantungan pada pinjaman berbunga dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menabung dan berinvestasi, sehingga menghambat mobilitas sosial ekonomi. Alih-alih menabung untuk masa depan, pendapatan yang diperoleh terus tersedot untuk membayar bunga.

Riba dan Ketimpangan Ekonomi

Dari perspektif ekonomi makro, riba berkontribusi pada ketimpangan ekonomi. Sistem keuangan yang berbasis riba cenderung memperkaya mereka yang memiliki akses ke modal, sementara mereka yang kurang beruntung terjebak dalam lingkaran hutang. Lembaga keuangan, khususnya bank, mendapatkan keuntungan besar dari bunga yang dibebankan. Keuntungan ini terkonsentrasi di tangan segelintir orang, memperlebar jurang antara kaya dan miskin. Ini menciptakan sistem ekonomi yang tidak adil dan tidak berkelanjutan, di mana kekayaan terakumulasi di tangan segelintir elit, sementara mayoritas masyarakat terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sistem ini juga cenderung memperkuat struktur kekuasaan yang ada, membuat sulit bagi individu dan kelompok marginal untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Kondisi ini memicu ketidakstabilan sosial dan politik.

BACA JUGA:   Armando Ribas: Um Olhar Detalhado sobre a Vida e Obra de um Arquiteto Influente

Riba Menghambat Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan

Meskipun sering dianggap sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, riba sebenarnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sistem ekonomi yang bergantung pada riba cenderung mendorong spekulasi dan aktivitas ekonomi yang tidak produktif. Alih-alih berinvestasi dalam sektor riil seperti produksi barang dan jasa, banyak modal dialokasikan untuk aktivitas spekulatif yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari selisih bunga. Hal ini dapat menyebabkan gelembung ekonomi dan krisis finansial. Contohnya adalah krisis finansial global tahun 2008, yang sebagian besar diakibatkan oleh praktik keuangan yang berisiko dan spekulatif yang didorong oleh sistem riba. Investasi yang berorientasi pada keuntungan jangka pendek dari bunga, daripada pada nilai intrinsik suatu usaha, mengurangi investasi pada riset dan pengembangan yang penting untuk inovasi dan kemajuan teknologi jangka panjang.

Riba dan Kerusakan Etika Bisnis

Riba bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga masalah etika. Praktik ini seringkali diiringi oleh manipulasi dan eksploitasi. Lembaga keuangan seringkali menggunakan taktik agresif untuk menarik nasabah dan mendorong mereka untuk mengambil pinjaman, tanpa mempertimbangkan kemampuan mereka untuk membayar kembali. Transparansi dalam perjanjian pinjaman seringkali kurang, membuat nasabah sulit memahami syarat dan ketentuan pinjaman. Ini dapat menyebabkan banyak nasabah terjebak dalam hutang yang menjerat. Praktik ini merusak kepercayaan dan merongrong etika bisnis yang sehat. Hubungan antara pemberi pinjaman dan peminjam menjadi transaksional dan eksploitatif, bukannya saling menguntungkan dan adil. Ketidakadilan ini memperburuk ketimpangan sosial dan melemahkan ikatan sosial.

Riba dalam Perspektif Islam: Sebuah Larangan yang Tegas

Dalam Islam, riba dilarang secara tegas dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Larangan ini bukanlah sekadar anjuran, melainkan perintah yang mutlak. Ayat-ayat Al-Quran yang membahas riba dengan tegas menyatakan bahwa itu adalah tindakan yang haram dan membawa malapetaka. Hadits Nabi juga banyak membahas tentang bahaya riba dan mengancam pelaku riba dengan murka Allah SWT. Dari perspektif Islam, riba merusak tatanan ekonomi yang adil dan berkeadilan, yang didasarkan pada prinsip kerja keras, kejujuran, dan kerjasama. Riba dianggap sebagai bentuk penindasan dan ketidakadilan, yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Islam. Lebih jauh lagi, Islam mendorong sistem ekonomi yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil (mudarabah) dan pinjaman tanpa bunga (qardh hasan), yang lebih adil dan berkelanjutan.

BACA JUGA:   Memahami RIBA Domestic Professional Services Contract 2018: Panduan Lengkap

Alternatif Sistem Ekonomi Bebas Riba

Meskipun riba begitu mendominasi sistem keuangan global saat ini, terdapat berbagai alternatif sistem ekonomi yang bebas dari praktik riba. Salah satunya adalah sistem ekonomi syariah, yang menawarkan berbagai instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti mudarabah (bagi hasil), musharakah (kerja sama usaha), murabahah (jual beli dengan menyebutkan harga pokok), dan salam (jual beli dengan pembayaran dimuka). Sistem ini menekankan pada prinsip keadilan, transparansi, dan kerja sama, yang bertujuan untuk menciptakan tatanan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Sistem ini bukan sekadar alternatif, melainkan sebuah model ekonomi yang menawarkan solusi yang holistik untuk berbagai masalah ekonomi yang ditimbulkan oleh sistem riba. Banyak negara telah mulai mengadopsi sistem keuangan syariah, dan pertumbuhannya menunjukkan potensi yang signifikan sebagai alternatif yang layak bagi sistem konvensional.

Meskipun terdapat berbagai tantangan dalam mengimplementasikan sistem ekonomi bebas riba, terutama dalam konteks global yang didominasi oleh sistem keuangan konvensional, potensi manfaatnya bagi kesejahteraan individu, stabilitas ekonomi, dan keadilan sosial tidak dapat diabaikan. Penting untuk terus mengeksplorasi dan mengembangkan alternatif ini agar dapat menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil, berkelanjutan, dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Also Read

Bagikan: