Salah Satu Tokoh Pembaruan Islam yang Melarang Taklid kepada Ulama

Huda Nuri

Salah Satu Tokoh Pembaruan Islam yang Melarang Taklid kepada Ulama
Salah Satu Tokoh Pembaruan Islam yang Melarang Taklid kepada Ulama

Rasulullah SAW selalu mengajarkan umatnya untuk berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnahnya, dan cara ini dilanjutkan oleh para sahabatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, munculah penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda dari Al-Quran dan hadis oleh ulama dan tokoh-tokoh agama.

Salah satu tokoh pembaruan Islam yang melarang taklid kepada ulama adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani, seorang ulama dan reformis Muslim Persia yang hidup pada abad ke-19. Ia dikenal sebagai satu-satunya tokoh yang mampu menyatukan pemikiran anti-kolonialisme, modernisme, dan keagamaan dalam satu pandangan. Salah satu pandangannya yang unik adalah mengenai taklid kepada ulama.

Menurut Sayyid Jamaluddin al-Afghani, taklid kepada ulama adalah bertentangan dengan akal sehat dan kepribadian manusia yang cenderung mencari kebenaran. Ia mengatakan bahwa ulama yang dijadikan tujuan taklid tidaklah selalu benar dan bisa melakukan kesalahan dalam penafsiran Al-Quran dan hadis. Oleh karena itu, manusia harus memiliki kemandirian dalam memahami agama dan tidak hanya mengikuti penafsiran ulama tanpa berpikir dan berusaha sendiri.

Pandangan Sayyid Jamaluddin al-Afghani ini mendapat banyak dukungan dari orang-orang yang menganggapnya sebagai tokoh pemikiran Islam yang paling penting pada masanya. Banyak orang yang terinspirasi oleh pemikiran tersebut dan mulai berpikir kritis dalam memahami agama, serta berusaha untuk mendekatkan agama dengan kehidupan modern.

Namun, di sisi lain, pandangan Sayyid Jamaluddin al-Afghani juga mendapat banyak kritik dan penolakan dari kalangan ulama tradisional yang menganggap bahwa taklid kepada ulama adalah suatu kewajiban bagi umat Islam.

Meskipun pandangan Sayyid Jamaluddin al-Afghani tidak sepenuhnya diterima oleh seluruh kalangan Muslim, namun pandangan tersebut dapat memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk berpikir kritis dan mandiri dalam memahami agama.

Dalam mengembangkan pemikiran yang kritis dan mandiri dalam memahami agama, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, harus berpegang pada Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW sebagai sumber utama dalam memahami agama. Kedua, menggunakan akal sehat dan rasio dalam melakukan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Ketiga, mencari pemahaman yang lebih luas dan selaras dengan konteks kekinian melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman sehari-hari.

BACA JUGA:   Waktu yang Dilarang Berhubungan Suami Istri Menurut Islam

Dalam melakukan ini semua, kita harus selalu berusaha untuk menerapkan agama dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi teladan bagi orang lain. Sebagai umat Islam, kita semua memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkan agama dengan cara yang akomodatif terhadap keberagaman masyarakat dan konteks kekinian.

Dari sini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari pandangan Sayyid Jamaluddin al-Afghani tentang taklid kepada ulama. Kita harus selalu berusaha untuk berpikir mandiri dan kritis dalam memahami agama, meskipun tak berarti kita menolak para ulama dan tokoh agama sebagai sumber rujukan dan petunjuk. Oleh karena itu, kita perlu memiliki standar kriteria dalam memilih ulama atau tokoh agama yang dapat dijadikan panutan dalam memahami agama.

Terakhir, kita semua harus menyadari bahwa agama sendiri bukanlah suatu determinant mutlak dalam kehidupan, namun harus diintegrasikan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan modern yang selalu berubah. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan pemikiran yang akomodatif terhadap banyaknya tuntutan dan tantangan kehidupan saat ini, terutama dalam menjalani hidup kita sebagai umat Muslim.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan, pandangan Sayyid Jamaluddin al-Afghani mengenai taklid kepada ulama menjadi penting bagi kita sebagai umat Islam dalam mengembangkan pemikiran kritis dan mandiri dalam memahami agama. Kita harus selalu berusaha untuk memperluas pengetahuan, selaras dengan konteks kekinian, serta menjadikan agama sebagai pedoman bagi kehidupan sehari-hari yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Also Read

Bagikan: